Berikut ini adalah contoh kaligrafi kolasef hasil lomba kaligrafi pada Pospenas (Pekan Olah Raga Dan Seni Pondok Pesantren Nasional) ke V di Surabaya tahun 2010. Untuk melihat foto dengan jelas , silahkan klik gambarnya. Untuk download foto-foto tersebut silahkan KLIK DISINI
Penulis: adminku
Hiasan Mushaf
Berikut ini adalah contoh kaligrafi hiasan mushaf hasil lomba kaligrafi pada Pospenas (Pekan Olah Raga Dan Seni Pondok Pesantren Nasional) ke V di Surabaya tahun 2010. Untuk melihat foto dengan jelas , silahkan klik gambarnya. Untuk download foto-foto tersebut silahkan KLIK DISINI
Untuk download foto-foto tersebut silahkan KLIK DISINI
PRINSIP-PRINSIP MENGAJAR KALIGRAFI
Oleh : H. Momon Abdur Rahman Syarif
I. Prinsip-prinsip umum
-
Mengajar adalah bagian dari ibadah dan da’wah (niat karna Alloh)
-
Lemka mengajar dari alif (mengajar dari dasar)
-
Sampaikan walaupun satu huruf
-
Mengajar adalah membimbing baik klasikal maupun personal (mengajar dari hati)
II. Prinsip-prinsip khusus
-
Belajar lebih penting dari pada mengajar
-
Ajari siswa, bukan mengajarkan buku
-
Libatkanlah siswa didalam proses belajar
-
Jangan mengajarkan kepada siswa apa yang mereka sudah tahu
-
Tunjukkan reaksi anda kepada apa yang dikatakan siswa
-
Siswa harus banyak praktek bukan anda
-
Jangan menekankan kesulitan
-
Kembangkan metode dan teknik menyampaikan
-
Selektif dalam memilah-milah materi
-
Kegiatan dan hubungan didalam kelas berubah
-
Siswa harus tahu bagaimana cara belajar yang efektif
-
Belajar sebaiknya bernuansa reaktif
-
Belajar berdasarkan silabus dan punya target
III. Tekhnik_tekhnik umum
-
Menyamakan persepsi siswa sebelum memasuki mata pelajaran
-
Mengulas pelajaran yang sudah disampaikan sebelumnya
-
Pemahaman siswa tentang cara menulis sebuah huruf atau anatomi huruf banyak di tentuakan sejauhmana perhatian siswa kepada guru saat memberi contoh di papantulis
-
Pengajar memberi contoh secara personal dengan menggunakan pena siswa masing-masing, bukan pena pengajar
-
Mengulang kembali kaidah huruf –huruf yang di anggap sulit
-
Memberikan tugas pekeraan rumah/PR
-
Selalu memberikan pujian terhadap apapun dan bagaimanapun hasil karya siswa
-
Selalu memberikan dorongan dan sugesti kepada siswa
Musabaqah Khat Alquran
Muqaddimah : Mengenal MKQ dan Sejarahnya
Musabaqah Khat Al-Qur’an (MKQ) adalah cabang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) yang menekankan kepada kemahiran menulis dan/atau melukis ayat-ayat Al-Qur’an. MKQ yang bertujuan mendidik untuk melahirkan para khattat dan pelukis kaligrafi mahir dan profesional, memiliki peranan dan fungsi dalam kehidupan individu dan sosial pesertanya. Dalam fungsi-fungsi individual, MKQ berperan sebagai sarana komunikasi, sumber usaha, dan wahana ekspresi yang penuh nilai estetika. Sedangkan dalam fungsi-fungsi sosialnya MKQ membuka jalan dan mendorong semakin banyak digunakannya kaligrafi untuk segala kepentingan seperti dekorasi mesjid dan panggung-panggung atraksi, penulisan buku-buku pelajaran, mushaf Al-Qur’an, majalah, koran, dan sarana-sarana informasi tekstual dan visual seperti advertensi dan pameran. Kaligrafi juga difungsikan untuk medium-medium seni dan sarana peralihan kebudayaan dan peradaban.
Untuk pertamakalinya kaligrafi dikompetisikan dalam bentuk sayembara pada MTQ Nasional ke-12 tahun 1981 di Banda Aceh disusul kemudian MTQ Nasional ke-13 tahun 1983 di Padang. Materi lombanya adalah penulisan ayat-ayat Al-Qur’an dalam bentuk naskah hitam putih dengan tinta cina hitam. Dalam MTQ Nasional ke-14 tahun 1985 di Pontianak, kaligrafi tidak disayembarakan dan hanya didemonstrasikan di kain spanduk di muka umum. Kaligrafi barulah dilombakan secara langsung dengan diikuti utusan yang mewakili kafilah Propinsi pada MTQ Nasional ke-15 tahun 1988 di Bandar lampung dan MTQ Nasional ke-16 tahun 1991 di Yogyakarta untuk mengerjakan karya Penulisan Buku, Penulisan Dekorasi, dan Penulisan Hiasan Al-Qur’an tanpa membedakan kelas putra dan putri. Pada MTQ Nasional ke-17 tahun 1994 di Pekanbaru dan MTQ-MTQ Nasional selanjutnya, peserta MKQ diwakili oleh putra dan putri dari setiap Propinsi untuk masing-masing mengerjakan karya Golongan Naskah, Hiasan Mushaf, dan Dekorasi
Dalam rentang waktu tersebut, telah terjadi perubahan dan kemajuan kualitas estetis karya peserta seiring modifikasi-modifikasi aturan musabaqah. Keadaan tersebut mendorong diperlukannya pembinaan perhakiman dan pelatihan peserta yang intensif dan terstruktur untuk pengembangan cabang MKQ terlebih pengembangan kaligrafi secara lebih khusus di seluruh wilayah Indonesia.
Penampilan dan Masalah Perhakiman
Beberapa karakter yang merupakan “plus-minus” cabang MKQ menonjol antara lain dalam beberapa hal berikut:
1. Peralatan musabaqah yang rumit dan beragam terdiri dari aneka jenis kalam dan cat dengan aneka medianya seperti kertas dan triplek.
2. Waktu pengerjaan yang panjang (6 sampai 8 jam).
3. Hasil karya yang permanen sehingga dapat dilihat dan dinilai secara terbuka oleh semua pihak setiap saat.
Ciri-ciri ini merupakan modal untuk mengukur metode penilaian dan kapabilitas Dewan Hakim MKQ sehingga dapat memilih, memilah, dan memutuskan karya-karya unggulan secara cermat dan akurat. Dari tiga ciri di atas, ada empat tuntutan yang harus dipenuhi Dewan Hakim MKQ, yaitu:
1. Mengenal baik peralatan musabaqah (dari ukuran dan potongan kalam hingga warna-warna primer dan tertier cat pilihan peserta) karena menentukan kualitas hasil karya.
2. Menilai dengan cermat dan tidak terburu-buru dengan “menyisir” semua karya secara berulang untuk mengklasifikasi karya-karya terpilih dan tersisih.
3. Sanggup menentukan secara tepat karya-karya unggulan berdasarkan pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, dan evaluasi, sehingga dapat menghindarkan kontroversi dan klaim dari semua pihak.
4. Sanggup menerangkan alasan-alasan di balik pemilihan karya-karya unggulan dan menjelaskan kelebihan serta kekurangan setiap karya yang dinilainya.
Persyaratan tersebut diperlukan dan dapat dipenuhi hanya apabila Dewan Hakim MKQ benar-benar ahli di bidangnya dan/atau berpengalaman sebagai khattat dan seniman yang banyak mengikuti eksibisi lomba dan mengikuti perkembangan karya peserta di lapangan.
Dengan demikian, kemahiran pokok yang harus dimiliki Dewan Hakim MKQ adalah:
1. Menguasai gaya-gaya khat yang dilombakan (Naskhi, Sulus, Diwani, Diwani Jali, Farisi, Kufi, dan Riq’ah).
2. Berwawasan luas dalam bidang seni rupa (teori warna, teori garis, unsur komposisi, unsur bentuk, ornamen, dan arabesk).
Peningkatan kualitas estetis Dewan Hakim ini sangat diperlukan, seiring dengan semakin meningkatnya kualitas karya peserta yang dapat dilihat dari hal-hal berikut:
Peningkatan kualitas estetis Dewan Hakim ini sangat diperlukan, seiring dengan semakin meningkatnya kualitas karya peserta yang dapat dilihat dari hal-hal berikut:
a) Peserta semakin menguasai huruf-huruf untuk aliran-aliran khat yang dilombakan.
b) Ornamen yang digunakan pada Golongan Hiasan Mushaf dan Dekorasi rata-rata bagus, semakin variatif, dan kaya nuansa.
c) Peserta semakin memahami aturan dan teknik musabaqah yang nampak baik dari ketepatan hasil karya dengan isyarat soal maupun pedoman musabaqah.
d) Pendidikan rata-rata peserta meningkat dengan mayoritas mahasiswa, sehingga memperkaya wawasan dan gagasan yang dapat dilihat dalam karyanya yang semakin bermutu.
Tidak selalu peningkatan kualitas peserta ini diikuti oleh peningkatan kualitas Dewan Hakim yang kerapkali “kalah terampil” dibandingkan peserta. Jika peserta lebih maju, adalah karena ditunjang oleh keterlibatan mereka dalam lomba-lomba kaligrafi, latihan-latihan secara pribadi atau via sanggar, buku-buku kaligrafi yang semakin mudah diperoleh, aktifitas sehari-hari dalam berkarya di pelbagai media, dan tambah derasnya informasi seni rupa termasuk kaligrafi melalui pameran-pameran. Di sisi lain, umumnya Dewan Hakim MKQ semakin ketinggalan, karena — berbeda dengan peserta yang gigih berlatih untuk lomba — umumnya tidak sengaja memperdalam kaligrafi meskipun hanya untuk tujuan menambah bekal dalam perhakiman.
Untuk itu, Dewan Hakim MKQ harus memiliki ilmu yang memadai dan menguasai teknik tentang obyek yang dinilai, sehingga hasil penilaiannya obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan.
Teknik Penilaian
Berdasarkan Pedoman Perhakiman Cabang Khat Al-Qur’an, Dewan Hakim MKQ menilai dua sub pokok materi, yaitu huruf dan ornamen untuk tiga golongan musabaqah, yaitu:
1. Golongan Naskah (penguasaan huruf).
2. Golongan Hiasan Mushaf (penguasaan huruf dan ornamen).
3. Golongan Dekorasi (penguasaan huruf dan ornamen).
Secara rinci, penilaian untuk tiga golongan musabaqah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Penilaian huruf diarahkan kepada:
· Bidang kebenaran kaedah mencakup: bentuk dan proporsi huruf, jarak spasi dan letak huruf, serta keserasian dan komposisi huruf untuk gaya-gaya khat Naskhi, Sulus, Diwani, Diwani Jali, Farisi, Kufi, dan Riq’ah yang dilombakan.
· Bidang estetika atau keindahan khat mencakup: kekayaan imajinasi dalam mengolah, kebersihan, dan kehalusan.
Mencermati kecenderungan peserta yang memilih “mazhab guru” atau gaya-gaya yang disukainya (seperti gaya Hasyim Muhammad al-Baghdadi, Hamid al-Amidi, Muhammad Syauqi, Muhammad Izzat, Mustafa Gazlan Bek atau Mustafa Raqim untuk pola-pola goresan huruf yang menandakan perbedaan stil dan orientasi).
Mencermati kecenderungan peserta yang memilih “mazhab guru” atau gaya-gaya yang disukainya (seperti gaya Hasyim Muhammad al-Baghdadi, Hamid al-Amidi, Muhammad Syauqi, Muhammad Izzat, Mustafa Gazlan Bek atau Mustafa Raqim untuk pola-pola goresan huruf yang menandakan perbedaan stil dan orientasi).
Penilaian Ornamen atau hiasan diarahkan kepada:
· Bidang keindahan hiasan mencakup: kekayaan imajinasi dan tatawarna, keserasian format, kebersihan, dan kehalusan.• Mencermati kecenderungan peserta yang memilih ragam hias Nusantara, arabesk, atau kombinasi warna yang beranekaragam yang menandakan wawasan rupa yang berbeda-beda.
Skor nilai untuk masing-masing golongan adalah sebagai berikut:
Skor nilai untuk masing-masing golongan adalah sebagai berikut:
· Bobot nilai Golongan Naskah maksimal 100 (Kebenaran Kaedah Khat 60 dan Keindahan Khat 40).
· Bobot nilai Golongan Hiasan Mushaf dan Golongan Dekorasi masing-masing maksimal 100 (Kebenaran Kaedah Khat 35, Keindahan Khat 25, dan Keindahan Hiasan 40).
Berbeda dengan cara penilaian tilawah, tahfizh, syarhil, fahmil atau Tafsir yang menggunakan sistem auditif melalui pendengaran yang diproses satu-persatu secara bergiliran, proses penilaian khat dapat dilakukan serentak dengan sistem fisual melalui penglihatan langsung dalam waktu tak terbatas dengan penyisiran yang berulang-ulang. Dengan demikian, asal Dewan Hakim menguasai teknik dan materi musabaqah, kekeliruan penilaian (seyogianya) tidak akan terjadi karena:
Berbeda dengan cara penilaian tilawah, tahfizh, syarhil, fahmil atau Tafsir yang menggunakan sistem auditif melalui pendengaran yang diproses satu-persatu secara bergiliran, proses penilaian khat dapat dilakukan serentak dengan sistem fisual melalui penglihatan langsung dalam waktu tak terbatas dengan penyisiran yang berulang-ulang. Dengan demikian, asal Dewan Hakim menguasai teknik dan materi musabaqah, kekeliruan penilaian (seyogianya) tidak akan terjadi karena:
1. Penilaian seluruh karya secara serentak memudahkan mengklasifikasi karya-karya unggulan dan karya-karya tersisih: dimulai pada babak penyisihan dengan memilih 10 besar, kemudian 6 besar, terakhir 3 besar. Pada babak final, urutan 1, 2, dan 3 ditentukan dengan keriteria dan cara penilaian yang sama.
2. Karya-karya yang dipampang di satu lokasi lomba dapat dilihat secara jelas sehingga dapat diketahui yang bagus dan tidak bagus secara jernih.
3. Lamanya waktu tak terbatas selama penilaian, memberi kesempatan mengulang atau mengevaluasi ulang penilaian, sehingga hasil akhir penilaian benar-benar obyektif dan akurat.
4. Proses penilaian dengan waktu tak terbatas dan berulang-ulang yang menghasilkan angka-angka obyektif dan akurat ini menunjukkan tim penilai MKQ sangat bisa kualified, professional, dan proporsional.
Sungguhpun metode perhakiman MKQ sangat potensial untuk menghasilkan penilaian yang akurat, realisasinya di lapangan tidaklah selalu mudah karena terkait dengan “hakim ideal” yang ahli sekaligus jujur. Persyaratan “hakim ideal” tersebut tidak selalu mudah dikabulkan, terlebih bagi hakim-hakim daerah yang tidak terjangkau pembinaan atau informasi perkembangan kaligrafi yang cukup. Sementara masalah kejujuran acapkali samar karena tertutup kemutlakan dan kebebasan Dewan Hakim dalam menilai.
Mengingat banyaknya persoalan berkenaan dengan masalah kemampuan, banyak cara mengupgrade Dewan Hakim MKQ, baik secara terkordinasi oleh lembaga yang berkompeten sepeti LPTQ maupun dengan cara belajar mandiri. Beberapa hal berikut dapat dijadikan kunci untuk mencapai tujuan tersebut:
1. Mengadakan kaderisasi Dewan Hakim MKQ melalui penataran-penataran atau pemberian tugas-tugas PR (seperti pembuatan karya-karya yang menggambarkan tugas MKQ) yang diperiksa oleh tim ahli tunjukan LPTQ.
Pendalaman wawasan yang diusahakan oleh hakim sendiri dengan membaca sebanyak mungkin buku-buku kaligrafi dan merekonstruksi hasil karya peserta MKQ di arena musabaqah. Cara terakhir dapat dibuat melalui dokumentasi foto untuk diketahui desain, gaya, dan orientasinya masing-masing.
Pendalaman wawasan yang diusahakan oleh hakim sendiri dengan membaca sebanyak mungkin buku-buku kaligrafi dan merekonstruksi hasil karya peserta MKQ di arena musabaqah. Cara terakhir dapat dibuat melalui dokumentasi foto untuk diketahui desain, gaya, dan orientasinya masing-masing.
2. Untuk memperdalam bahasa rupa dan iluminasi atau ornamen, cara yang tepat adalah dengan studi banding dan pengamatan atas karya-karya seni rupa atau lukisan di buku-buku atau katalog-katalog seni rupa, dekorasi di dinding-dinding masjid, ragam iluminasi mushaf Al-Qur’an, dan pameran-pameran seni rupa.
3. Keterlibatan hakim (berdasarkan keahliannya di bidang kaligrafi) dalam pembinaan kader-kader daerah akan membantu meningkatkan pengetahuan dan keahliannya.
4. Memperbanyak dialog dengan para khattat, pelukis, dan ahli seni dalam rangka konsensus menentukan suatu karya yang bagus, ideal, dan sesuai dengan norma-norma musabaqah. Beberapa masalah tersebut dapat dijadikan bekal untuk “memahami lebih jauh” seni khat melalui perhakiman MTQ. Pengembangan lebih lanjut, sudah tentu, dapat diperoleh hanya melalui pengalaman panjang di lapangan.
Metode Pembinaan Kaligrafi
1. Kaligrafi yang dilombakan dalam MKQ memiliki tujuan-tujuan pengajaran, pendidikan, estetis, praktis, dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut diperlukan metode yang intensif dan terstruktur, sehingga pengembangannya menjangkau seluruh elemen yang mencakup pembentukan kader, rotasi kegiatan yang kontinyu, dan membuahkan hasil yang kongkrit. Jangkauan pengembangan ini, jika disimpulkan, mencakup pembinaan “tiga pilar kaligrafi” sebagaimana dikatakan oleh Ali ibn Abi Thalib:
2. “Kaligrafi itu tersirat dalam pengajaran guru, tegak profesionalnya tergantung banyak latihan, dan kekekalannya adalah pada pengamalan agama Islam.”
3. Ini berarti pembinaan harus diarahkan kepada tiga hal:
1) Guru, pelatih, instruktur, official, atau juri kaligrafi yang mumpuni karena akan menentukan sukses tidaknya pembinaan.
2) Latihan-latihan gencar dan intensif murid di bawah bimbingan gurunya ,menjamin tambah profesionalnya pembinaan dengan lahirnya hasil karya untuk pelbagai kepentingan agama seperti lukisan kaligrafi Al-Qur’an atau kegiatan MTQ.
Struktur pembinaannya harus melalui tiga jenjang:
1. Pembinaan Jangka Pendek
Waktunya 1 (satu) tahun dan diarahkan untuk menciptakan pelbagai aktivitas kaligrafi tahunan seperti pada MTQ Tingkat Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, dan Propinsi dan lomba-lomba kaligrafi pada Peringatan Hari-hari Besar Islam dan Nasional.
Pembinaan untuk kepentingan jangka pendek ini dikelola oleh Pemda Tingkat Desa/Kelurahan, Kecamatan, dan Kabupaten/Kota dengan agenda pelatihan kader peserta, pelatih, dan dewan hakim kaligrafi Tingkat Desa/Kelurahan, Kecamatan, dan Kabupaten/Kota menjelang pelaksanaan kegiatan.
2. Pembinaan Jangka Menengah
Jangka waktunya 2 (dua) tahun dan difokuskan untuk meraih prestasi Nasional dan Internasional dalam pelbagai event lomba dan perhelatan akbar kaligrafi seperti MTQ Nasional, Pospenas, MTQ Mahasiswa Nasional, dan lomba-lomba kaligrafi berskala ASEAN di Brunei Darussalam dan Internasional di Turki. Kegiatan pembinaan jangka menengah ini dikelola oleh Pemda Tingkat Propinsi termasuk untuk kegiatan yang bersifat pendelegasian atas nama Pemerintah Pusat.
Konsentrasi pembinaan diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang mencakup:
· Seleksi kader MTQ Nasional duta Propinsi melalui pemusatan latihan berjenjang.
· Pelatihan para calon peserta Peraduan Menulis Khat ASEAN dan International Calligraphy Competition.
· Seleksi dan pelatihan duta Pospenas dan MTQ Nasional Mahasiswa.
Mengadakan penataran official, pelatih, dan Dewan Hakim kaligrafi.
Mengadakan penataran official, pelatih, dan Dewan Hakim kaligrafi.
3. Pembinaan Jangka Panjang
Jangka waktunya 5 (lima) tahun dan merupakan pembinaan permanen yang dilaksanakan di seluruh institusi pendidikan dan latihan (diklat) yang berkompeten. Pengelola program ini adalah Pemda Tingkat Propinsi bekerjasama dengan lembaga-lembaga diklat professional.
Pusat-pusat pembinaan jangka panjang ini ialah:
Pusat-pusat pembinaan jangka panjang ini ialah:
· Sekolah dan perguruan tinggi dengan memasukkan kaligrafi sebagai mata pelajaran muatan lokal (mulok) dan ekstra kurikula.
· Sanggar-sanggar kaligrafi untuk dijadikan tempat latihan berkarya.
· Masjid dan beberapa lembaga pendukungnya seperti DKM, BKPRMI, dan majlis ta’lim untuk rekrutmen peserta binaan. Cakupan materi dan kegiatan pembinaan jangka panjang yang bersifat permanen ini bertujuan membentuk para kader khattat/kaligrafer professional yang akan mengisi aneka aktivitas kaligrafi di Tingkat Desa/Kelurahan sampai Tingkat Nasional dan Internasional, dan jadi modal kader pembinaan jangka pendek dan menengah.
Pembinaan jangka panjang yang diplot untuk “waktu seterusnya” merupakan “pembinaan semesta” yang mencakup seluruh aspek perkaligrafian yang dibutuhkan. Agendanya terdiri dari:
a) Kegiatan primer, mencakup pembelajaran kaligrafi di sekolah/perguruan tinggi dan latihan di sanggar kaligrafi. Materinya adalah:
· Pendalaman huruf dan penguasaan seluruh aliran kaligrafi.
· Penguasaan aneka teknik melukis dengan segala bahan.
· Pengembangan skil untuk membuat karya-karya di pelbagai media (seperti kertas, kanvas, kaca, kayu, stucco, dan lain-lain).
b) Kegiatan sekunder, ditujukan untuk menopang dan mengembangkan hasil dan kemampuan yang diperoleh pada kegiatan primer. Aktivitas kegiatan sekunder terdiri dari:
· Pameran atau pergelaran kaligrafi untuk melatih apresiasi khattat dan penonton, sekaligus sebagai ajang penjualan karya.
· Lomba kaligrafi antar pelajar dan mahasiswa peserta pembinaan sebagai ajang peningkatan mutu karya dan latihan berkompetisi.
· Forum diskusi seni untuk meningkatkan wawasan dan pemahaman seni, budaya, dan sejarah Islam agar peserta terdorong lebih kreatif berkarya.
· Rekreasi seni dengan kegiatan melukis di alam terbuka seperti pantai atau gunung, demonstrasi kaligrafi di muka umum, dan kunjungan ke pameran dan tokoh kaligrafi.
· Kewirausahaan dengan memasarkan karya hasil produksi peserta.
Ikhtitam
Begitu besarnya minat kaula muda terhadap kaligrafi, sehingga pembinaannya terasa amat mendesak. Potensi tersebut berimplikasi tidak hanya kepada perlunya pembinaan para pelajar muda tersebut, tetapi juga kepada para guru, pelatih, official, dan Dewan Hakim yang secara langsung terlibat di dalamnya.
Begitu besarnya minat kaula muda terhadap kaligrafi, sehingga pembinaannya terasa amat mendesak. Potensi tersebut berimplikasi tidak hanya kepada perlunya pembinaan para pelajar muda tersebut, tetapi juga kepada para guru, pelatih, official, dan Dewan Hakim yang secara langsung terlibat di dalamnya.
Karena itu pembinaan tersebut harus menyeluruh dan sepanjang waktu meliputi semua aspeknya, dan pelaksanaannya tidak setengah-setengah atau hanya untuk kepentingan temporer seperti MTQ Nasional yang tidak datang setiap saat.
Jika pembinaan dilaksanakan serentak untuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang, maka akan lahir kader-kader yang tangguh sehingga mekanisme kegiatan kaligrafi apa pun akan mudah dilaksanakan dengan hasil sesuai harapan. Insya Allah.
*Disampaikan pada acara Pelatihan Dewan Hakim Kaligrafi se-Provinsi Riau, 14-15 Desember 2007, di Pekanbaru.
Vidio Tutorial Menulis Kaligrafi
1. Goresan Ust. Teguh Payitno (Juara II Naskah Putra pada MTQ Nasional di Bengkulu tahun 2010)
Huruf Ba’ (Naskhi) I | Huruf Ba’ (Naskhi) II |
2. Goresan Ust. Lainnya
Menulis Basmalah 1 | Menulis Basmalah 2 | Menulis Basmalah 3 | Ornamen Naskah Wajib |
Menulis Khat Naskhi 0 | Menulis Khat Naskhi 1 | Menulis Khat Naskhi 2 | Menulis Khat Naskhi 3 |
Menulis Khat Naskhi 4 | Menulis Khat Naskhi 5 | Menulis Khat Naskhi 6 |
DAFTAR NAMA GURU KALIGRAFI SE-INDONESIA
NAMA GURU KALIGRAFI INDONESIA
1. Provinsi Nangroe Aceh Darussalam
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
Drs. H. Muhammad Ibrahim ( Cut Maya)
|
Lr. Seulanga No.22 Gampong Pineung, Banda Aceh, NAD
|
2.
|
Drs. Sayed Rabadian
|
jl. T. Nyak Arif, No.159 G. Lingke, Banda Aceh (Depan Polda), NAD
|
3.
|
H. Zulfikar M. Arsyad
|
Jl. Medan-B Aceh,Tgk Irsyad, Ulee Madon, Aceh Utara, NAD 24355
|
4.
|
Drs. Usman Musa
|
SDN 67 Percontohan, Jl. St Maliki Saleh, Lorong H.KA. Jalil, Lambangan, Banda Aceh, NAD
|
2. Provinsi Sumatera Utara
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
Abdurrahman Hasibuan, S.Pd.I
|
Jl.Pertahanan, Gang Keluarga, No.75, Petumbak, Deli Serdang, Sumatera Utara
|
2.
|
Muslim
|
Sanggar Kaligrafi Al-Hafiz, Jl. RSU 7, Kel. Pasar Baru, Padang Hulu, Kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara
|
3.
|
Drs. Satria Sakti Nasution
|
Jl. Bengkel No.B11, Pulo Brayan, Bengkel, Medan, Sumatera Utara 20239
|
4.
|
Azhari TH Nasution, S.Ag
|
Jl. Aluminium 1, No.23, Lingk 16, Tanjung Mulia, Medan, Sumatera Utara 20241
|
5.
|
Drs. M. Asli
|
Jl. Makassar No.5, Pematang Siantar, Medan, Sumatera Utara 21111
|
3. Provinsi Sumatera Barat
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
Drs. H. Irhash A. Shomad, M.Hum
|
Jl. Bypass, Km.8 RT.03/03, No. 09 Padang, Sum-Bar
|
2.
|
Drs. H. Muhapril Musri, M.Ag
|
Wisma Indah IV-Blok RII, No. 07, Astek, Kulumbuk, Kuranji, Padang, Sum-Bar
|
3.
|
Am. Y.Dt. Garang
|
Jl. Gajah No.2, Air Tawar Barat , Padang, Sum-Bar 25131
|
4.
|
Drs. Bustanul Syukri
|
Komp. Unand Blok B 3/16/03, Gadut, Padang, Sum-Bar
|
4. Provinsi Sumatera Selatan
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
Drs. K.H. A. Baidhowi
|
Ds. Sukaraja, Kp. 3, Kec. Buay Madang, OKU Timur, Sumatera Selatan
|
2.
|
Drs. Kailani, MA
|
Jl. K.H.A. Azhari, RT.15/5 No.745, Kel. Tangga Takat, Sebrang Ulu II, Palembang Sumatra Selatan
|
3.
|
A. Madjid
|
Komplek Masjid Jami’ Bukit Asam, Tanjung Enim, Sumatera Selatan
|
4.
|
Suryadi, S.Ag
|
Jl. Sriwijaya No.220, RT.04/02, Km.5,5 Palembang, Sumatera Selatan
|
5. Provinsi Riau
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
Syamsurizal, S.Ag
|
Jl. Purwodadi, Kompleks Ruko No.5, Panam, Pekan Baru, Riau
|
2.
|
Hj. Umi Kalsum, S.Ag
|
Jl. Bahagis, Gang Samad RT. 11/03, Kel. Bagan Timur, Bagan Siapiapi, Rokan Hilir, Riau 28951
|
3.
|
Nana Natsiruddin, S.Pd.i
|
Pesantren Al-Jauhar, Jl.Abdul Rohman, Asrama Tribrata, Kel. Pematang Pudu, Duri, Mandan, Bengkalis, Riau
|
4.
|
Drs. H. Muktamar
|
Jl. Sembilang Indah (Paus Ujung) No. 09. RT.01/13, Tangkerang Tengah, Pekanbaru, Riau 28282
|
5.
|
Drs. K.H Ali Muhsin
|
Jl. Satria, Kel.Air Jamban, Mandan, Bengkalis, Riau
|
6.
|
Drs. H. Achmad Syafruddin, MA
|
Jl. Al-Furqon, No.14A, Kel.Pesisir, Kec. Lima Puluh, Pekanbaru, Riau
|
6. Provinsi Kepulauan Riau
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
Drs. Alimuddin
|
MIN Jln. Golden Prawn, Bengkong Laut, Batam, Kepulauan Riau 9432
|
2.
|
Siti Rahayu
|
Jl. Nusantara KM.12,5 Kp. Lanud AL, No.2 Tanjung Pinang, Kep. Riau
|
3.
|
Mustofa Jamaluddin
|
Jl. Anggrek Merah, Gg. Anggrek Bulan RT.4/I, Kel. Kp. Bulang, Tanjung Pinang Timur, Kota Tanjung Pinang, Kep Riau
|
4.
|
M. Natsir
|
Qur’an Centre, Sengkuang, Batam, Kep. Riau
|
5.
|
Saifullah
|
Qur’an Centre, Sengkuang, Batam, Kep. Riau
|
7. Provinsi Jambi
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
Abdul Ghani Muqri
|
Jl. Bahari RT.022, Tungkal II, Kuala Tungkal, Tanjung Jabung Barat, Jambi
|
2.
|
Drs. H.M. Husni Thamrin
|
Jl. Mandala No. 18. RT. 13, Kel.Tungkal II Kuala Tungkal, Jambi 36514
|
3.
|
M.Ramli Hannan
|
Pondok Pesantren Riyadhul Jannah, Tanjung Harapan,Sei. Dualap, Tanjab Barat, Jambi
|
4.
|
H. Umar Husin
|
Jl. Jend. A. Yani RT.11 Tungkal 4, Kuala Tungkal, Tanjab Barat, Jambi
|
5.
|
Abdul Anas, S.Pd.i
|
Kampong Baru RT.13, Kel. Dusun Sarolangun, Kec/Kab.Sarolangun, Jambi
|
6.
|
M. Ilmu
|
Pondok Pesantren AS’AD Jl. K.H. A Qodir Ibrahim, Kel. Olak Kemang, Sebrang Kota, Kota Jambi, Jambi
|
8. Provinsi Bengkulu
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
Drs. Komaruddin
|
Jl.Timur Indah 4C No.25 RT.22/02 Kel.Sido Mulya,Gading Cempaka, Kota Bengkulu 38229
|
9. Provinsi Lampung
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
Drs. H. Arsyad Sobby Kesuma, M.Ag
|
Jl. Imam Bonjol, Gang Durian No.2, Gedong Air, Bandar Lampung 35151
|
2.
|
Karyoso, S.Pd.I
|
Sukoharjo 2, RT.5/3, Kec. Sukoharjo, Tanggamus, Lampung 35374
|
3.
|
Adung Sundara, S.Pd.i
|
SABIKA ( Sanggar Bina Bakat Kaligrafi Al-Qur’an) PonPes Putra-Putri Tahfidzul Qur’an “Mardhotillah” Kampung Dono Arum, Seputih Agung, Lampung Tengah, Lampung
|
4.
|
Basuki Asyamir, S.Ag
|
Perum Griya Sejahtera Blok J-10 RT.005 Gg. SDN 2 Gunung Terang,Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung 35152
|
5.
|
Azmi Husairi
|
Pesawaran, Lampung
|
10. Provinsi Bangka Belitung
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
H. A. Hijazi Jama’in
|
Pontren Al-Islam, Kemuja, Mendo Barat, Kep.Bangka Belitung
|
11. Povinsi DKI Jakarta
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
H. Amir Hamzah Zaman
|
Komplek Guru Asy-Syafiiyah, Bali Matraman, Jakarta Selatan
|
2.
|
Suhaili Hafiz, SS
|
Jl. Muamalah VI No.33 RT.03/03 Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan
|
3.
|
Hj. Nur Haeni, SS
|
Jl. Meruya IlirRT.002/01 No. 27Kel, Srengseng, Kembangan Jakarta Barat 11630
|
12. Provinsi Banten
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
Drs. H.D. sirojuddin AR, M.Ag
|
Jln. Semanggi I/26, RT.001/03, Cempaka Putih, Ciputat Timur,Tangerang Selatan, Banten 15412
|
2.
|
Drs. Sarbani
|
Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar, Jl. Soleh Ma’mun No.16, Janjon, Serang, Kota Serang, Banten
|
3.
|
H. Mahmud Arham
|
Lengkong Ulama No.44, Lengkong Kulon Pagedangan, Tangerang Banten 15331
|
4.
|
H. Isep Misbah, S.Ag
|
Villa Dago Tol Blok D11 No.14, Sarua, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten
|
5.
|
Ujang Badrussalam
|
Jl. WR Supratman No. %2, RT.002/04, Cempaka Putih, Ciputat Timur, Tengerang Selatan, Banten 15412
|
6.
|
Ahmad Tholabi Kharlie, S.H.I, MA
|
Jl. Salak 2 No. 129,RT.03/02, Pondok Benda, Tangerang Selatan, Banten
|
7.
|
H, Suharno, S.Pd.I
|
Jl. K.H. Musthofa Komplek MAN Cipondoh,RT.02/04, Kel. Poris Plawad Utara, Cipondoh, Kota Tangerang, Banten 15141
|
8.
|
Uud Mas’udin, S.Pd.I
|
Perum Aster 3 Blok A3 No.32, RT,07 Jatake, Padegangan,Tangerang, Banten
|
9.
|
H.M.Edi Amin, MA
|
Jl. Legoso Raya, Gg Hikmah No.20A, RT>03/01, Pisangan Ciputat Timur Tangerang Selatan Baten 15419
|
10.
|
H. Nur Kholis
|
Jl. Rajawali Raya, Gg Lurah. RT.03/03 Pondok Benda, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten
|
11.
|
Hj. Ernawati, S.Ag
|
Jl. Rajawali Raya, Gg Lurah. RT.03/03 Pondok Benda, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten
|
12.
|
Kurnia Agung Robiansyah, S.E.I
|
Jl. Semanggi II/20, RT.003/03, Cempaka Putih, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten
|
13.
|
Marnus, S.S
|
Jl. Sukamulya, Komplek Griya Serua Permai Blok C No.14, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten
|
14.
|
H.M. Zhohiruddin, S.S
|
Jl. Semanggi I/26, RT.001/03, Cempaka Putih, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten 15412
|
15.
|
K.H Sundusi Ma’mun
|
Pontren Al-AmanahAl-Gontory, Kel. Perigi Baru, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten
|
16.
|
Yayat Suryati, S.Ag
|
Yayasan Pendidikan Islam Al-Idrus, Jl. Maulana Hasanuddin, Rancagawe, Ds. Aweh, Kec. Kalang Anyar, Rangkasbitung, Lebak, Banten 42319
|
17.
|
Nur Hasan Ghozali, S.H.I
|
Jl. Cendana Blok C2 No.6, Perum Komplek Taman Pondok Cabe, RT.02/08, Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang Selatan, Banten
|
18.
|
Saiful Huda, S.S
|
Jl. Semanggi I/26, RT.001/03, Cempaka Putih, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten 15412
|
19.
|
Opik Rofiuddin
|
Pontren Al-AmanahAl-Gontory, Kel. Perigi Baru, Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten
|
13. Provinsi DI Yogyakarta
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
H. Humaidi Ilyas
|
Tambak RT 12 Kepuhwetan, Wirokerten, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta 55194
|
14. Provinsi Jawa Barat
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
Drs. K.H. Wahidin Lukman, MSR
|
Jl. Batu Permata No.05 Buah Batu, Bandung, Jawa Barat 40287
|
2.
|
K.H. Moh Asmu’I Akhyar (GRISKA)
|
Bungbulang RT.1/6 Sindang Raja, Sukaluyu, Cianjur, Jawa Barat 43284
|
3.
|
H.M Abdul Wasi AR
|
Teras BuahBatu 45 Bandung, Jawa Barat
|
4.
|
Prof. Dr. H.Dede Nurzaman, MA
|
Jl. Dadaha No. 18, UPI Kampus Tasikmalaya, Jawa Barat
|
5.
|
K.H. Ma’ruf Mahmud
|
LPPK Hilyatul Qur’an, Warnasari Timur, RT. 01/12 No. 23 (Depan Kantor Telkom) Lewiliang, Bogor, Jawa Barat 16640
|
6.
|
H. Momon Abdurrahman Syarif
|
Jl. R. Demang Arya, RT.02/02 Warujaya, Parung, Bogor, Jawa Barat 16330
|
7.
|
Drs. Suranta, M.Hum
|
Program Studi Arab FIB UI, Kampus Baru UI, Depok, Jawa Barat
|
8.
|
K.H. Moh. Qosim Muqowm
|
Pengasuh Pontren At-Taufiq, Gintungrajeng, RT.01/01, Ciwaringin , Cirebon, Jawa Barat
|
9.
|
H. Ahmad Hawi Hasan, S.Pd.I
|
Pondok Pesantren “Al-Falak” Pagentongan RT. 02/VI, Loji, Ciomas, Bogor, Jawa Barat
|
10.
|
H. Edy Syakroli SYR
|
Jl. Mayor Abing Sarbini No. 34, Kp. Kaum, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat
|
11.
|
Drs. H. Asep Ridwan Dagustani HS
|
Komplek Al-Masturiyah, Tipar, Cisaat, PO BOX 33, Sukabumi, Jawa Barat
|
12.
|
Hj. Ery Khaeriyah, M.Ag
|
Yayasan Al-Kamal, Perum Bumi Kepompongan Indah I Blok.A No. 16 RT 10/05 Kec. Talun, Cirebon, Jawa Barat
|
13.
|
Drs. H. M. Hamid Ibrahim, MM
|
Jl. Pahlawan No. 28 Babakan Jasinga, Bogor, Jawa Barat
|
14.
|
H. Uus Qustholani, S.Ag
|
Belakang Bank BNI, Gang Arjuna No. 305, RT. 28/06, Blok Kraton, Rengasdengklok Selatan, Karawang, Jawa Barat 41352
|
15.
|
K.H. Imron Ismaeil Ahmad
|
“Dar Al-Tauhid” No.333, RT.02/01 Tulungagung, Kertasemaya, Indramayu, Jawa Barat 46151
|
16.
|
Ahmad Faqih Hasyim, M.Ag
|
Jl. Mayor Dasuki No.100, Jatibarang, Indramayu, Jawa Barat 45273
|
17.
|
Asep M. Tamam, MA
|
YPPI (Pon-Pes) Al-Misbah, Kp/Kel.Sirnagalih, Indihiyang, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat 46151
|
18.
|
Ahmad munir
|
Jl. Letnan Arsyad RT.02/01, Kayuringin No. 30 Kota Bekasi Selatan, Jawa Barat 17144
|
19.
|
H. Hasanuddin, S.Tp, S.Pd.I
|
Gang Bapa Hada 49, Sukawangi Atas RT.01/13, Cimahi Utara, Kota Cimahi, Jawa Barat
|
20.
|
H.M. Ohan Jauharuddin, S.Ag
|
Pesantren Kaligrafi Alqur’an Lemka, Jl. Bhineka Karya No. 53 RT. 03/06 Karamat, Gunung Puyuh, Sukabumi, Jawa Barat 43122
|
21.
|
Imam Saiful Mu’minin, S.Pd.I
|
Pesantren Kaligrafi Alqur’an Lemka, Jl. Bhineka Karya No. 53 RT. 03/06 Karamat, Gunung Puyuh, Sukabumi, Jawa Barat 43122
|
22.
|
A. Husaini el-musta’simy
|
Pesantren Kaligrafi Alqur’an Lemka, Jl. Bhineka Karya No. 53 RT. 03/06 Karamat, Gunung Puyuh, Sukabumi, Jawa Barat 43122
|
23.
|
Boby Es-Syawaly El-Iskandar, S.Ag
|
Pesantren Kaligrafi Alqur’an Lemka, Jl. Bhineka Karya No. 28 RT. 02/06 Karamat, Gunung Puyuh, Sukabumi, Jawa Barat 43122
|
24.
|
Thony Salaf
|
Belakang Madrasah MT/MTs PUI RT. 04/03, Ds. Tenajarlor, Kertasamaya, Indramayu, Jawa Barat 45274
|
25.
|
Apipuddin Syarif, MA
|
Komplek UPN RT.03/05 Bojong, Merung, Limo, Depok, Jawa Barat
|
26.
|
Hilmi Munawar, S.Pd.I
|
Pesantren Kaligrafi Alqur’an Lemka, Jl. Bhineka Karya No. 53 RT. 03/06 Karamat, Gunung Puyuh, Sukabumi, Jawa Barat 43122
|
27.
|
Hasyim Asy’ari
|
Jl. Baypass Sukalila (Depan Balai Desa) Jatibarang, Indramayu, Jawa Barat 45273
|
28.
|
Kholid M. Khamim
|
Jl. Plered Panembahan 276, Blok Sikendal, Kec. Plered, Cirebon, Jawa Barat
|
29.
|
Atang Taryadi
|
Sanggar Seni Kaligrafi Al-Qur’an (SANGSEKALA) Pon-Pes IkhsanulHasan, Ds. Gintung Kolot, Gintung Kerta, Klari, Karawang, Jawa Barat
|
15. Provinsi Jawa Tengah
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
H. Noor Aufa Shiddik
|
GRISTA (Griya Seni Tahsinul Khot An-Nur) Langgar Dalem, No. 21 RT.01/01, Kudus, Jawa Tengah 59315
|
2.
|
H. Misbahul Munir
|
Jl. Simpang Sukun, I/73a, Malang, Jawa Tengah
|
3.
|
Drs. H. Wahid Adib, M.Si
|
Pangeran Juru Tengah RT. 01/02 Purworejo Jawa Tengah
|
4.
|
M. Ilyas Sukamto
|
Ds. Dorang RT.03/01, Nalum Sari, Jepara, Jawa Tengah 59466
|
5.
|
Turmudzy Elfais
|
“Naturel Graph” Jl. Muria No. 12 RT.02/01, BAE, Kudus, Jawa Tengah 59352
|
6.
|
Ali Rohman
|
Gentongan Mangrejo RT.01/01, Dawe, Kudus, Jawa Tengah 59372
|
7.
|
Moh. Assiri
|
Pesantren Seni Kaligrafi (PSK) Undaan Lor, RT.03/01, Kec. Undaan Kudus, Jawa Tengah 59372
|
8.
|
H. M. Nur Syukron
|
Kauman Menara No.14, RT.03/01 (Utara Masjid Menara Kudus), Kudus, Jawa Tengah59315
|
16. Provinsi Jawa Timur
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
K.H.M. Faiz A. Rozaq
|
Perum Permata Asri, Gempeng, Bangil Pasuruan, Jawa Timur 67153
|
2.
|
M. Midzhar Achsan
|
Sanggar Pesantren Kaligrafi Al-Qalam, Jl. Adi Sucipto 25, Sungon Legowa,Bungah, Gresik, Jawa Timur 61152
|
3.
|
H.M. Syamsul Huda
|
Jl. K.H. Abdul Hamid 8/14, Pasuruan, Jawa Timur 67101
|
4.
|
Muhtadin KRS, S.Pd.I
|
Jl.MT. Haryono No. 37 Ponorogo, Jawa Timur
|
5.
|
Atho’illah
|
Jl. Laksda Adi Sucipto 45, Den Anyar, Jomboang, Jawa Timur 61416
|
17. Provinsi Kalimantan Barat
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
Drs. Edi Purwanto
|
Jl. Alianyang, Gg Mahakam 57, Singkawang, Kal-Bar
|
18. Provinsi Kalimantan Tengah
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
H. M. Machfud
|
Jl. Diponegoro No. 02, RT.02/V ( Panarung), Palangkaraya, Kal-Teng 73111
|
19. Provinsi Kalimantan Selatan
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
H. Jazuli, S.Ag
|
Jl. Batu Merah 2, RT.72. No.27, Sungai Andai, Banjarmasin, Kalimantan Selatan
|
2.
|
Ahmad Raji
|
MAN kelua, Jl. Baco. No.63, Tabalong, Kal-Sel 71552
|
3
|
Hadi Purwanto, S. Pd.I
|
Pondok Pesantren Al-Falah Putera
Jl. A. Yani, Km.23, Kec. Liang Anggang, Kota Banjar Baru, Kalsel
|
4
|
Alamsyah, S. Pd.I
|
Jl. Persatuan, Rt. 06, Desa Simpang Arja, Kkec. Rantau Badauh, Kab. Batola, Kalsel
|
5
|
Drs. H. Suberiani
|
Jl. Telaga Itar, RT. 04, Kec. Kelua, Kab. Tabalong, Kalsel
|
- Provinsi Kalimantan Timur
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
Zaenudin, S.Ag
|
Jln. Wolter Mongindsidi, Ds. Labanan Makarti, Kec. Teluk Bayur, Kab. Berau
|
2.
|
Syamsul Rizal
|
Jln. P. Diponegoro no. 48, Ds. Labanan Makarti, Kec. Teluk Bayur, Kab. Berau
|
3.
|
Ahmad Hariyanto
|
Jln. P. Diponegoro, Ds. Labanan Makarti, Kec. Teluk Bayur, Kab. Berau
|
4.
|
Muzni Latif
|
Tumbit Melayu, Kec. Teluk Bayur, Kab. Berau
|
5.
|
Solihin
|
Tumbit Tahap, Kec. Teluk Bayur, Kab. Berau
|
6.
|
Abdul Aziz
|
Bulungan, Kalimantan Timur
|
7.
|
Drs. Harun, M.Pd
|
Samarinda, Kalimantan Timur
|
8.
|
M. Nasor
|
Kamp. Labanan Makmur, kec. Teluk Bayur, Kab. Berau, Kalimanatan Timur
|
9.
|
Ahmad Widodo
|
Ds. Labanan Makarti, Kec. Teluk Bayur, Kab. Berau
|
10.
|
Binti Asroriah
|
Jln. RA Kartini, Ds. Labanan Makarti, Kec. Teluk Bayur, Kab. Berau
|
11.
|
H. Gusti Muhammad Sirry
|
Pon-Pes Darussalam , Kompkleks Pasar Batu Kajang, Kec. Batu Sopang, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur
|
12.
|
Sohibul Anwar
|
Jl. Masjid Agung Berau, Kota Tanjung Redeb
|
13.
|
Bambang Winaryadi, S. Pd.I
|
Kec. Sambaliung, Kab. Barau, Kalimanaan Timur
|
14.
|
Agus, S, Pd.I
|
Jl. Masjid Agung Berau, Gang Mulia, Kota tanjung Redeb, Kab. Berau, Kalimantan Timur
|
15.
|
Agus, S.Pd.I
|
Kota Samarinda
|
16.
|
H. Artoni
|
Komplek Bumi Rengganis 6C, RT.31 No.56 Kel. Gn. Bahagia, Balikpapan, Kal-Tim
|
17.
|
Agus Salam
|
Guru Kaligrafi Pon-Pes/ Darul Ihsan, Jl. Siti Aisyah RT.28, Teluk Lerong Ilir, Samarinda Ulu, Kal-Tim
|
18.
|
Ahmad Sirajuddin, S.Ag
|
KUA Tg Palas, Kandepag Bulungan, Kal-Tim 77212
|
19.
|
Sholihin S.Ag
|
Jl. AW Syahrani No.62 RT09, Perumnas Batuampar, Balikpapan
|
20.
|
H. M. Shobirin
|
Pesantren PPKP Ribatul Khoil
Jln. K. Ahmad Muhsin, Rt. 03, Kel. Timbau, Kota Tenggarong, Kab. Kutai Kartanegara, Kaltim
|
21. Provinsi Bali
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
||
2.
|
||
3.
|
||
4.
|
||
5.
|
22. Provinsi Nusa Tenggara Barat
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
H. Ratihan Wiyata
|
Kantor UPT DikDas, Apitaik Lauk, Ds. Mertak Tombak, Kec. Praya, Lombok Tengah. NTB
|
2.
|
Sun’an Aidi, S.Ag
|
Telaga Urung, Ds. Masbagik Utara, Kec. Misbagik Utara, Lombok Timur, NTB 83661
|
3.
|
Jauhari Arifin
|
Dusun Lamunga RT.03/03, Ds. Batu Putih, Kec. Taliwang, Sumbawa Barat, NTB
|
4.
|
||
5.
|
23. Provinsi Nusa Tenggara Timur
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
||
2.
|
||
3.
|
||
4.
|
||
5.
|
24. Provinsi Sulawesi Barat
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
Wiyata
|
|
2.
|
||
3.
|
||
4.
|
||
5.
|
25. Provinsi Sulawesi Utara
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
Faisal Samarati, SHI
|
MTs Darul Ulum Kota Mubagu, Jl. H. Zakaria Imban No. 97, Kel. Mongondow, Kotamubagu Selatan, Sulawesi Utara95717
|
2.
|
Ismail K. Usman, M.Pd.I
|
Perum Rindu Sekar Alam Blok A90, Simompo Link II Manado, Sulawesi Utara
|
26. Provinsi Sulawesi Tengah
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
Zidiarman, S.Ag
|
Jl. Setia Budi Lr. Obsesi, No.33C, Palu, Sulawesi Tengah 94113
|
2.
|
Moh. Arif, S.Pd.I
|
Jl. Towua No.82, Kel. Tatura Selatan, Kec. Palu Selatan, Palu, Sulawesi Tengah 94126
|
27. Provinsi Sulawesi Selatan
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
Drs. H. M. Jamal Jamil, MA
|
Jl. Mamoa T, No.4 Gunung Sari, Mangasa, Makassar, Sulawesi Tengah
|
2.
|
Dr. Abdul Aziz Ahmad, M.Pd
|
Jl. Dg. Tata I Blok G 9/1, Makassar, Sulawesi Selatan 90224
|
3.
|
Syaharuddin, S.Ag
|
Bontarita No.39 Aeng Batu-Batu, Galesong Utara, Takalar, Sulawesi Selatan 92255
|
28. Provinsi Sulawesi Tenggara
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
||
2.
|
||
3.
|
||
4.
|
||
5.
|
29. Provinsi Gorontalo
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
Mahyudin Haleda, S.Ag
|
Jl. Potanga-Telaga, Komp. Pasar Sore, Ds. Tilote, Tilango, Kab. Gorontalo, Gorontalo
|
2.
|
Yusnandar Karim, SHI
|
H. Simon Abas, Jl. Usman Isa No.69, Hemtu, Kec. Batudua, Kab. Gorontalo, Gorontalo 96271
|
30. Provinsi Maluku
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
||
2.
|
||
3.
|
||
4.
|
||
5.
|
31. Provinsi Maluku Utara
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
Ujang Bagindi, S.Pd.I
|
Jl. Cakalang RT.001/02, Kel. Dufadufa, Kec. Ternate Utara, Kota Ternate, Maluku Utara
|
32. Provinsi Papua
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
||
2.
|
||
3.
|
||
4.
|
||
5.
|
33. Provinsi Papua Barat
NO
|
NAMA
|
ALAMAT
|
1.
|
||
2.
|
||
3.
|
||
4.
|
||
5.
|
KALIGRAFI ISLAM KONTEMPORER
Oleh: Drs.H. D. Sirojuddin AR, M.Ag.
A. Iftitah
Inti ajaran Islam adalah tauhid. Kaligrafi yang kerap diistilahkan dengan sebutan art of Islamic art (seninya seni Islam) mencerminkan inti ajaran tersebut, merujuk kepada kelahiran dan perkembangannya yang menjauhkannya dari ikonoklasme. Ciri-cirinya menonjol dari penampilannya yang abstrak, yang karenanya kerap pula disebut ‘seni abstrak’, sehingga terjauh dari kemungkinan gambaran-gambaran yang menjurus pada obyek syirik atau sesembahan semisal pada seni patung atau seni suara dan tari yang kerap ‘tenggelam dalam pusaran siklus hawa nafsu” sehingga pada titik ekstrem menjadi hampa akan makna dan nilai-nilai moral.
Maka dalam perjalanannya, kaligrafi Arab yang lebih sering menjadi alat visual ayat-ayat al-Quran, tumbuh tertib mengikuti rumus-rumus berstandar (al-khat al-mansub) olahan Ibnu Muqlah yang sangat ketat. Standarisasi yang menggunakan alat ukur titik belah ketupat, alif, dan lingkaran untuk mendesain huruf-huruf itu mencerminkan “etika berkaligrafi” dan kepatuhan pada “kaedah murni” aksara Arab. Terutama bagi pemula, berpegang teguh pada kaidah khattiyah ini sangat penting. Mengetahui seluk beluk aliran kaligrafi dan tatacara penulisannya tidak saja akan memperkokoh kredibilitas tulisan pada komposisi yang serasi (insijam wa mu’alamah). Lebih dari semuanya, sang karya dapat dipertanggungjawabkan sebagai hasil pencapaian yang utuh (al-ikhtira al-kamil).
Hasil dari ikhtiar tersebut, telah lahir aliran-aliran kaligrafi yang beragam. Dimulai dari pengembangan al-aqlam as-sitah (Tsuluts, Naskhi, Muhaqqaq, Raihani, Tawqi, dan Riqa’) di masa pemerintahan daulah Umayyah sebagai era kebangkitan kedua pasca khat Kufi dan kaligrafi kursif kuno sesudahnya. Dari enam gaya tulisan yang populer dengan sebutan Shish Qalam di Persia ini berkembang pula ratusan gaya lain. Sampai abad 20, gaya-gaya tersebut menunjukan fluktuasi perkembangan yang dinamis, meskipun kelahirannya hanya meninggalkan sekitar tujuh gaya tulisan modern: Naskhi, Tsulutsi, Farisi, Diwani, Diwani Jali, Kufi, dan Riq’ah. Gaya-gaya tulisan tersebut masih berkutat pada standar system Ibnu Muqlah tanpa mengalami perubahan yang berarti.
Namun belakangan, muncul gerakan menjauhkan diri dari kebekuan ikatan-ikatan baku di atas. Kreasi mutakhir yang menyimpang dari grammar lama ini populer dengan sebutan kaligrafi kontemporer, merujuk pada gaya zaman kiwari yang penuh dinamika dan kreativitas dalam mencipta karya yang serba aneh dan unik.
Risalah ini bermaksud mengenalkan serba sedikit gambaran mengenai kaligrafi Islam kontemporer dan rembesan pengaruhnya terhadap seniman lukis dan para kaligrafer di Indonesia.
B. Pembatasan Masa Kontemporer
Meskipun kaligrafi dapat dimasukkan ke bagian seni rupa, namun tidak harus mengikuti corak periodisasi seni rupa secara utuh. Kendatipun begitu, tidak dapat disangkal bahwa gaya kaligrafi Islam “kontemporer”, “modern” atau “masakini” tidak lepas dari perjalanan dan bias pengaruh seni rupa modern, yang merupakan fenomena konsep dan realitas di tengah lalu lintas perjalaan seni rupa di seluruh pelosok dunia.
Mungkin secara kebetulan, dalam proses perkembangannya, seni rupa modern yang awalnya tumbuh di Barat, merembes ke Timur Tengah dan bagian-bagian dunia Islam yang lain termasuk Indonesia. Abdel Kebir Khatibi dan Mohammed Sijelmassi memprediksi adanya hubungan kuat Barat-Timur tersebut, karena tulisan yang merupakan bagian dari seni grafis berhubungan erat dengan seni-seni lain seperti menggambar, melukis, dan arsitektur. Di sini tulisan bergabung dalam satu latar kesatuan unit media seperti dinding masjid atau kanvas lukisan. Oleh karena itu, meskipun seni lukis tumbuh independen, kenyataannya secara konstan mengikuti dan diikuti irama seni tulis secara kreatif.
Gejala ini muncul terutama tahun ’70-an dan berkembang lebih beringas di tahun ’80-an yang diikuti oleh pameran-pameran yang meluas di Eropa dan negara-negara Islam termasuk Indonesia.
Namun, tanda-tanda dan yang mengarahkan pada model kaligrafi “bebas” atau “dibebaskan” ini sudah berlangsung sebelum tahun-tahun tersebut dan tidak semata dipengaruhi seni rupa Barat. Pertama, hasrat “perburuan” terhadap penemuan-penemuan baru di kalangan khattat selalu menggebu yang sampai pada titik kulminasi di mana kreasi ditujukan untuk mencapai karya-karya masterpiece yang adiluhung. Selanjutnya, seni kaligrafi maju lagi kepada konsep kreatif yang lebih filosofis di masa Turki Usmani dan kerajaan-kerajaan Islam Persia seperti Ilkhaniyah, Timuriyah, dan Safawiyah. Karya-karya unik ini menonjol pada gaya Tugra dari Turki Usmani dan pola-pola animasi dari Persia. Kedua, sifat plastis yang dimiliki kaligrafi Arab, memudahkan beradaptasi dengan pengaruh-pengaruh luar yang memuncak dengan kehadiran pengaruh seni rupa Barat di penghujung abad ke-20, terutama dalam titimangsa 20 tahunan terakhir.
Seni rupa Islam kontemporer, yang di dalamnya termasuk kaligrafi, menurut kritikus dan kurator seni rupa Marwan Yusuf, memang bisa membuat masyarakat terkejut, karena kehadirannya yang tiba-tiba populer di tahun ’70-an. Padahal tidak muncul begitu saja, melainkan melalui pergumulan ide yang panjang. Jadi, sejak penghujung dasawarsa 1970-an, seni kaligrafi Islam mulai dilanda oleh semangat posmodernisme. Bahkan, jauh sebelum posmodernisme berkembang menjadi jargon.
C. Corak Kaligrafi Islam Kontemporer
Kaligrafi Islam kontemporer merupakan karya “pemberontakan” atas kaedah-kaedah murni kaligrafi klasik. Perkembangannya sangat pesat menjejali aneka media dalam bentuk-bentuk kategori. Mazhab tersebut berusaha lepas dari kelaziman khat atau kaligrafi murni yang banyak dipegang para khattat di banyak pesantren dan perguruan-perguruan Islam seperti Naskhi, Tsulutsi, Farisi, Diwani, Diwani Jali, Kufi, dan Riq’ah.
Di antara ciri-ciri “pelanggaran” yang menunjuk pada bukti kebebasan kreatif yang menghasilkan gaya berbeda ini dapat disimpulkan dari kemungkinan-kemungkinan berikut:
1. Sepenuhnya berdiri sendiri sebagai suguhan khas pelukisnya, dengan mengabaikan samasekali bentuk anatomi huruf khat murni. Bentuk ini merupakan eksplorasi teknik dan kebebasan ekspresi penuh sang pelukis.
2. Merupakan kombinasi antara hasil imaji pelukis dengan gaya murni yang sudah populer. Pada bagian ini, karya kontemporer masih mewarisi sedikit warisan bentuk tradisionalnya.
3. Gaya kontemporer juga lebih mengarah kepada kecenderungan tema, yakni karya dwi-matra (dua demensi) maupun tri-matra (tiga dimensi) yang menghadirkan unsur kaligrafi “secara mandiri” maupun dilatari unsur lain dalam kesatuan estetik dengan penampilan sebagai gaya ungkapan, media, dan teknik. Wujud nyata alam pada karya-karya dihadirkan melalui penggambaran nyata berupa pemandangan benda-benda, peristiwa.
Corak-corak kaligrafi Islam kontemporer, karenanya, oleh Ismail dan Lamya al-Faruqi dibagi kepada kategori-kategori tradisional, figural, ekspresionis, simbolik, dan abstraksionis mutlak.
a. Kaligrafi Tradisional
Tipe ini dihasilkan oleh para kaligrafer kontemporer muslim dalam pelbagai gaya dan tulisan yang telah dikenal generasi kaligrafer terdahulu. Pemakaian kata “tradisional” menunjukan kesesuaian dengan tradisi khat masa lalu. Pesan-pesan lebih ditekankan pada pengaturan yang indah dari hruf-huruf ketimbang menampilkan lukisan kaligrafi dalam bentuk figur-figur alam.
Meskipun demikian, terdapat juga kaligrafer tradisional yang melukis kaligrafi dalam pola dedaunan atau motif-motif bunga dan pola-pola geometris. Namun, efek keseluruhan karya kontemporer kaligrafer tradisional adalah abstrak. Di antara pelukis kaligrafi dewasa ini yang mewakili kategori tradisional adalah Said al-Saggar, Muhammad Ali Syakir, Ilham al-Said, Emin Berin, Adil al-Sagir dan lain-lan.
b. Kaligrafi Figural
Kaligrafi kontemporer disebut sebaga “figural” karena ia menggabungkan motif-motif figural dengan unsur-unsur kaligrafi melalui pelbagai cara dan gaya. Unsur-unsur figural lazimnya terbatas pada motif-motif daun atau bunga yang dilukiskan atau dinaturalisasikan agar lebih sesuai dengan sifat abstrak seni kaligrafi Islam. Figur-figur manusia atau binatang biasanya jarang ditemukan dalam naskah-naskah al-Quran yang ditulis secara kaligrafis, dalam dekorasi masjid atau madrasah. Tipe terakhir ini lebih banyak digunakan pada perkakas rumah tangga.
Dalam tipe figural, kerap terjadi “peleburan” huruf dalam seni lukis masa lalu dan kontemporer. Dalam desain seperti ini, huruf-huruf diperpanjang atau diperpendek, melebar dan menyelip atau diperinci dengan perluasan lingkaran, ikalan atau tanda-tanda tambahan atau sisipan lain yang dibuat agar sesuai dengan bentuk non-kaligrafis, geometris, floral, fauna atau sosok manusia. Sayyid Naquib al-Attas merupakan salah seorang tokoh kaligrafer kontemporer yang banyak menciptakan gaya peleburan kaligraf figural selain Sadiqayin dari Pakistan.
c. Kaligrafi Ekspresionis
Kaligarfi “ekspresions” merupakan tipe ketiga seni kaligrafi kontemporer di dunia Islam masa kini. Gaya ini, seperti karya-karya kaligrafi waktu-waktu terakhir, berhubungan degan perkembangan-perkembangan utama dalam estetika Barat. Meskipun para kaligrafer ekspresionis menggunakan “perbendaharaan kata” warisan artistik Islam, namun mereka jauh berpindah dari contoh “grammar” kaligrafi yang asli.
Dalam karya kaligrafi ekspresionis, pelukisnya berusaha menyampaikan pesan emosional, visual, dan respon pribadi terhadap obyek-obyek, orang-orang atau peristiwa yang digambarkan. Buland al-Haidari menggambarkan karya kaligrafi ekspresionis sebagai usaha menggunakan huruf-huruf sebagai “penyaluran perasaan dan gagasannya yang paling dalam, dan karena itu dipengaruhi oleh apa yang hidup dalam kesadarannya”. Ia meyakinkan dalamnya pengaruh semangat Islam yang mendorong tumbuhnya gagasan dan ilham mencpta sang kaligrafer yang tiada akhir. Sebagian karya Hassan Massoud (Tunisia), Qutaba Shaikh Nouri Diya al-azawi (Irak) mewakili orientasi seni khat jenis ini.
d. Kaligrafi Simbolis
Kategori keempat kaligrafi Islam kontemporer termasuk apa yang disebut kaligrafi “simbolis”. Dengan memaksakan penyatuan melalui kombinasi makna-makna, peranan huruf-huruf sebagai penyampai pesan dinafikan. Bukti dari akulturasi semacam ini sangat kentara dalam desain-desain kaligrafer kontemporer yang menggunakan huruf atau kata Arab tertentu sebagai simbol suatu gagasan atau ide-ide yang kompleks. Misalnya huruf sin diasosiasikan dengan sayf (pedang) atau sikkin (pisau) yang lazimnya disandingkan bersama penggambaran obyek-obyek asosasi untuk menyampaikan “pesan-pesan khusus”nya.
Bagi sebagian kalangan, hampir semua huruf bisa dipahami secara simbolik (metaforika), meskipun tidak disetujui sebagian yang lain.
e. Kaligafi Abstrak
Gaya kelima kaligrafi Islam kontemporer ini disebut al-Faruqi dengan julukan “Khat Palsu” atau “Khat Kabur Mutlak”, karena menunjukan corak-corak seni yang menyamai huruf-huruf dan atau perkataan-perkataan tetapi tidak mengandung makna apapun yang dapat dikaitkan dengannya.
Dengan menafikan makna linguistik, huruf-huruf tersebut hanya menjadi unsur sesuatu corak untuk “tujuan-tujuan” seni semata. Melalui penggunaan unsur-unsur abjad yang berubah-ubah itu, ahli-ahli kaligrafi abstrak mempergunakan huruf-huruf sebagai corak dan tidak sebagai unsur-unsur suatu pesan.
Muhammad Ghani, salah seorang tokoh aliran abstak, menggubah-gubah huruf dengan membenturkannya dengan huruf-huruf sebelum dan sesudahnya, sehingga meninggalkan kekosongan di kedua sisinya. Yang sangat aktif beruji coba dengan tipe ini adalah seniman kaligrafi Islam kontemporer Tunisia, Naja al-Mahdawi, Muhamad Saber Fauzi dan Hossein Zenderoudi (Iran), Kamal Boullata (Yerusalem), Rashid Korishi (Algeria) dan al-Said Hassan Shakir (Irak) yang lebih banyak menghasilkan “ukiran” mutlak daripada sesuatu yang dapat dibaca.
D. Pengaruh Luar Terhadap Kaligrafi Islam
Kaligrafi Islam kontemporer yang saat ini sering digabungkan dengan seni rupa kontemporer telah menjadi fenomena internasinonal. Sebagaimana seni rupa umumnya, ia pun berkembang bersama gelombang perubahan yang lebih luas, bahkan acapkali melabrak batas-batas “grammar” yang sebelumnya disucikan.
Terseretnya khat Arab ke dalam arus perubahan yang dramatis ini disebabkan oleh karena alphabetnya sangat toleran dijadikan (dan selalu mencakup) “ekspresi segala sesuatu”. Sementara itu, searah kaligrafi sendiri sebenarnya adalah sejarah penemuan dan perburuan gaya-gaya. Oleh Habibullah Fada’li disebutkan, bahwa setiap gaya kaligrafi tunduk sepenuhnya terhadap eksperimen dan modifikasi selama bertahun-tahun bahkan berkurun-kurun, sampai terbentuknya pola yang benar-benar sempurna. Terutama semenjak tahun 70-an pengaruh pemikiran dan orientasi Barat terasa sangat dominan, sehingga memberikan gaya baru pada sosok kaligrafi Islam kontemporer. Bahkan menurut Samir al-Sayegh, sampai detik ini pun kecenderungan lebih berkiblat ke Barat di kalangan kaligrafer di kawasan Arab dan wilayah Islam lainnya sangat mencolok melebihi perhatian mereka ke gaya seni Timur lampau. Akibatnya, karakter asli kerapkali menghilang.
Kaligrafi eskpresionis, seperti jenis-jenis gaya baru yang lain, nyata-nyata berkaitan dengan gerakan estetika Barat. Ia adalah kesan dari “pembudayaan” seni Islam dan artisnya oleh seni Barat akhir-akhir ini. Gaya ekspresionis dalam kaligrafi Islam kontemporer, seperti dalam seni rupa kontemporer, sering tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Karena karya-karya para kaligrafer muslim kontemporer lebih mencerminkan tradisi seni Barat, kaligrafi semacam ini menurut al-Faruqi sedikit sekali artinya dalam upaya kebangkitan seni kaligrafi Islam.
Kaligrafi simbolik yang didominasi oleh gagasan dan ekspresi seni Barat juga merupakan “penyelewengan” serius dari tradisi estetika Islam yang bersifat transenden. Dalam kaligrafi ini, sekali lagi unsur-unsur kebaratan mempengaruhi orientasi kesenian dan prosesnya. Hal seperti ini tidak seharusnya mengagetkan, karena pilihan gaya pada kecenderungan seni rupa kontemporer bernafaskan Islam tidak terbatas pada gaya kaligrafi dan abstrak formalisme, melainkan juga mencakup gaya ekspresif, simbolis, dan instrumental (realisme maupun surealisme). Oleh karenanya, kelahiran gaya semacam ini merupakan suatu keniscayaan dan tidak mungkin dibendung.
Yang sangat santer adalah pengaruh “kebebasan penuh” ala Barat yang menonjolkan pada garapan model kaligrafi “abstrak”, istilah yang menunjukan kekaburan. Piet Mondrian dari Belanda adalah pelukis dan penyumbang terpenting gerakan ini. Kehadiran gaya abstrak dalam kaligrafi Islam kontemporer, sungguhpun bertentangan dengan unsur-unsur kreativitas seni yang diamalkan para kaligrafer muslim berabad-abad lamanya, kini semakin ngetrend di kalangan pelukis atau kaligrafer muslim kontemporer, terutama yang berhubungan banyak ke Barat, baik melalui pendidikan maupun kegiatan pameran.
Nama-nama pelukis kaligrafi abstrak kontemporer yang sehaluan dengan Zenderoudi seperti M. Omar, Benbella, Mahdoui, E.Ednan, dan Mehdi Qotbi kelahiran Rabat, kini hidup di Paris. Kamal Boullata bekerja di Washinton DC Ali Omar Ermes dari Libya Berstudi di London. Pergaulan dengan Barat para pelukis tersebut dan pelukis-pelukis lainnya memberikan pengaruh kuat terhadap gaya dan orientasi dalam karya-karya lukis kaligrafi mereka.
Bekal pengalaman hidup dan bergaul dengan seni lukis kontemporer Barat tersebut lebih mendapat pengukuhan via pameran-pameran yang biasanya menampilkan hasil karya kebudayaan Arab tradisional yang dipajang berdampingan dengan komposisi-komposisi abstrak dan surealistik. Misalnya, pameran bersama para seniwati Arab Saudi di Washington dan Fairfax, Virginia 1988, memancing banyak perhatian pemerhati seni lukis modern. Pameran ini menyambung sambutan atas pameran 64 pelukis Pakistan di London Centre for Pakistan Studies, 1987 yang luar biasa antusias. Pameran-pameran semacam dilangsungkan lebih sering, bahkan terutama di kawasan Negara-negara petrodollar Timur Yengah seperti Arab Saudi atau Abu Dhabi. Terakhir, 6 April sampai 7 Mei 1997, kaligrafer kontemporer Kuwait Fareed Abdulrahem al-Ali memamerkn “Formations of the revered word Allah”, di House of Zeinab Khatun al-Azhar Kairo, yang juga “mencekam” perhatian penonton karena gaya-gaya “pemberontakan” yang ditampilkannya. Fareed kembali menggelar karyanya di al-Qa’ah al-Kubra Abu Dhabi 1-8 Oktober 1998 atas prakarsa Muassasah al-Tsaqafah wa al-Funun yang disambut meriah.
Tambah maraknya kecenderungan baru berkaligrafi di tahun-tahun terakhir mendorong dan didorong kreativitas menggebu para peluis kaligrafi Islam kontemporer yang mencerminkan kecenderungan rata-rata sikap batin dan pikiran mereka. Contoh paling mencolok adalah kaligrafer kontemporer Tunisia Naja al-Mahdawi yang saban hari berujicoba huruf lebih dari 13 jam secara tekun. Di antara ungkapan-ungkapannya yang paling “berani” adalah sebagai beriku :
“Huruf bagi saya adalah material hidup, yang darinya saya olah apa saja sekehendak saya”
“Dalam teknik mengolah seni saya, saya kembali ke warisan secara alamiah, namun saya musti keluar darinya. Kalau tidak, saya akan mati di sana”
Sikap Naja al-Mahdawi mencerminkan pandangan perlunya pengembangan huruf-huruf supaya tidak statis, karena huruf-huruf itu sendiri menawarkan kelenturan luar biasa. Sudah pasti sikap revolusionernya, yang oleh Charbal Dagir disebut “permainan gila” (al-la’bah al-majnunah), tidak terlepas dari pergaulan kesehariannya dengan model-model kreasi lukis gaya kontemporer Eropa. Tata pergaulan semacam ini oleh kaligrafer muslim kontemporer, Hassan Massaoud yang puya pergaulan erat dengan kehidupan seni Barat di Perancis, dianggap sangat menemtuan. Ia bahkan menyebut tentang “tatacara melindungi kaligrafi supaya terpelihara”, yaitu dengan menempatkan sang kaligrafer di tengah masyarakat. Tidak dapat disangkal, jika masyarakat sepergaulannya adalah para perupa Barat, maka akan lahir darinya adalah kreasi yang bemazhab atau dipengaruhi mazhab Barat.
E. Lukisan Kaligafi Islami di Indonesia
“Lukisan kaligrafi” atau “kaligrafi lukis” mulai populer di Indonesia terutama semenjak pameran pada MTQ Nasional XI tahun 1979 di Semarang. Pameran yang lebih besar lagi diselenggarakan tahun 1980 bersamaan dengan Muktamar media masa Islam se-dunia I di Balai Sidang Senayan, Jakarta. Semenjak itu, pameran-pameran semacam diselenggarakan secara rutin di kota-kota besar Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan pada pelbagai event penting di kota-kota lain di Indonesia. Buah dari pergelaran-pergelaran yang melibatkan para perupa ini telah memposisikan secara mantap seni lukis kaligrafi Islam dalam konstelasi seni rupa Indonesia.
Istilah “lukisan kaligrafi” biasanya digunakan untuk membedakannya dari “kaligrafi murni” atau “kaligrafi klasik” yang berpegang pada kaedah khattiyah seperti Naskhi, Tsuluts, Farisi, Diwani, Kufi dan Riq’ah. Lukisan kaligrafi acap dihubungkan dengan rupa-rupa teknik penggarapan karya secara keseluruhan, seperti teknik batik, teknik grafis, teknik ukir kayu, teknik logam dan lain-lain dalam media dan peralatan (seperti cat minyak atau akrilik) yang beragam pula. Hasil garapan yang memadukan huruf dengan latar belakangnya membentuk sebuah lukisan yang utuh, tidak hanaya tulisan terpisah.
Oleh karena itu, pengertian “lukisan” kaligrafi Islam di Indonesia tidak selalu menunjuk kepada pembagian gaya-gaya kaligrafi dalam arti huruf seperti kriterium al-Faruqi. Fokus “lukisan kaligrafi” di Indonesia “tidak hanya selesai pada huruf”, tetapi kehadirannya memang sebagai lisan dalam arti yang sesugguhnya, seperti dikemukakan pelukis kaligrafi Islami, Syaiful Adnan. Kritikus seni rupa, Dan Suwaryono menandaskan, bahwa lukisan kaligarfi Islami pada dasarnya ditopang dua unsur elemen seni rupa, berupa unsur-unsur fisiko plastis (berupa bentuk, garis, warna, ruang, cahaya, dan volume) di satu pihak, sedangkan di pihak lain tuntutan-tuntutan yang cenderung ke arah ideo plastis (meliputi semua masalah yang secara langsung ataupun tak langsung berhubungan dengan isi atau cita perbahasaan bentuk). Dalam ungkapan yang lebih mudah, bahwa lukisan kaligrafii di Indonesia tidak hanya menampilkan sosok huruf yang dilukis, tetapi sebuah lukisan utuh di mana huruf menjadi salah satu elemennya.
Maka, lukisan kaligrafi Islam kontemporer di Indonesia sangat kaya varisasi, karena integral dengan rupa-rupa huruf tanpa memandang gaya alirannya. Baik gaya kontemporer ataupun klasik baku, semuanya dapat menjadi obyek garapan.
Pelopor mazhab ini adalah Ahmad Sadali dan A.D. Pirous (Bandung) dikuti oleh Amri Yahya (Yogyakarta) dan Amang Rahman (Surabaya). Kehadiran mereka memberi pengaruh sangat kuat terhadap kelahiran dan popularitas kaligrafi Islam kontemporer di Indonesia. Terutama dua tersebut pertama adalah bidan kelahiran mazhab Bandung yang dikenal sebagai “laboratorium Barat”, selain aktif mengajar di Fakultas Seni Rupa ITB dan dikenal akrab dengan pergaulan seni rupa Barat bahkan sangat sering berpameran di luar negeri. Ajaran-ajaran mereka dengan cepat menyebar dan diikui para pelukis di kampus-kampus seni rupa. Di antara “generasi kedua” sesudah mereka antara lain, Syaiful Adnan, Hatta Hanbali, Hendra Buana, Abay D. Subarna, Yetmon Amier dan kawan-kawan mereka seperti Firdaus Alamhudi, Agoes Nugroho, Agus Kamal, Said Akram, Abdul Aziz Ahmad, dan lain-lain dengan aneka teknik dan gayanya masing-masing.
Kini, bukan hanya para alumnus perguruan seni rupa, bahkan para pelukis dan khattat yang tidak memiliki disiplin pendidikan seni rupa pun banyak yang terjun ke “permainan” seni lukis kaligrafi gaya baru ini.
F. Ikhtitam
Kaligrafi Islam, dalam peta seni rupa Islam kontemporer, memberikan sumbangsih yang sangat besar dan telah menimbulkan maraknya kegairahan berkreasi dikalangan pelukis dan kaligrafer. Munculnya gaya kontemporer, sungguhpun menimbulkan tanggapan pro-kontra, memberikan isyarat semakin meningkatnya pencarian gaya-gaya baru untuk lebih melengkapi gaya-gaya masa lalu.
Mengutip penyair India Rabindranath Tagore, al-khattat Kamil al-Baba dari Libanon menulis dalam bab “al-Jadid fi Dunya al-Khath” (Yang Trendy dalam Dunia Kaligrafi), bahwa perkembangan adalah sunnatullah dan hanyalah satu bagian dari hukum alam yang berputar. Perkembangan adalah cermin kekekalan, seperti halnya stagnasi atau jumud, adalah sebab pokok yang memperlekas fana. Dan kaligrafi, dia adalah “lukisan huruf”, posisisnya tidak pernah mandek, bahkan terus berkembang menyusuri waktu. Perkembangan yang juga disusuri kaligrafi Islam kontemporer.
*Pimpinan Pesantren Kaligrafi Al-Quran LEMKA Sukabumi Jawa Barat, Staf Pengajar Sastra Arab Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta.
DOWNLOAD TUTORIAL MENULIS KALIMAT KHAT NASKHI
Alhamdulillah akhirnya saya sempat mengupload vidio tentang cara penulisan kaligrafi islam naskhi ada, tsulus juga ada. Dalam video tersebut ada teman saya yang ahli menulis kalimat dengan khat naskhi, sedang menggores kalimat dan harokatnya, dan saya rekam dengan kamera digital.
Sebelum mendownloadnya silahkan lihat dulu dari Youtube.com yang sudah saya upload.
Untuk mendownload video diatas KLIK DISINI.
Ini Lanjutannya :
Untuk mendownload video diatas KLIK DISINI.
Ini Lanjutanya :
Untuk Download KLIK DISINI
Ini lanjutanya :
Untuk download KLIK DISINI
Ini lanjutanya :
Untuk download KLIK DISINI
Ini lanjutanya :
Untuk download KLIK DISINI
Ini Lanjutanya :
untuk download KLIK DISINI
Oh ya kalu sudah selesai downloadnya jangan lupa ucapkan alhamdulillah
DOWNLOAD TUTORIAL VIDIO MENULIS BASMALAH DENGAN KHAT TSULUS
Alhamdulillah akhirnya saya sempat mengupload vidio tentang cara penulisan kaligrafi islam naskhi ada, tsulus juga ada. Dalam video tersebut ada teman saya yang ahli menulis KALIMAT BASMALAH dengan khat tsulust, sedang menggores kalimat dan harokatnya, dan saya rekam dengan kamera digital. Sebelum mendownloadnya silahkan lihat dulu dari Youtube.com yang sudah saya upload.
Ini vidio lanjutanya :
Ini vido lanjutanya :
Untuk mendownload video diatas KLIK DISINI.
Oh ya kalu sudah selesai downloadnya jangan lupa ucapkan alhamdulillah
DOWNLOAD TUTORIAL VIDIO MENULIS BASMALAH DENGAN KHAT TSULUS
Alhamdulillah akhirnya saya sempat mengupload vidio tentang cara penulisan kaligrafi islam naskhi ada, tsulus juga ada. Dalam video tersebut ada teman saya yang ahli menulis KALIMAT BASMALAH dengan khat tsulust, sedang menggores kalimat dan harokatnya, dan saya rekam dengan kamera digital. Sebelum mendownloadnya silahkan lihat dulu dari Youtube.com yang sudah saya upload.
Ini vidio lanjutanya :
Ini vido lanjutanya :
Untuk mendownload video diatas KLIK DISINI.
Oh ya kalu sudah selesai downloadnya jangan lupa ucapkan alhamdulillah